RSS

Komentar Krisis Di Mesir


Mengamati berita krisis di negeri piramid Mesir yang semakin parah mengingatkan kita pada kerusuhan 1998 di Indonesia yaitu waktu pelengseran presiden Soeharto yang sudah lama berkuasa selama 32 tahun. Presiden Mesir Hosni Mubarak yang berkuasa saat ini telah menduduki jabatan presiden lebih dari 30 tahun. Dan pada saat negeri itu di landa krisis perekonomian, harga pangan naik, pengangguran bertambah maka ratusan ribu bahkan jutaan orang rakyat Mesir menuntut adanya perubahan, dalam hal ini presiden Mesir Hosni Mubarak harus mundur dari jabatannya dan merombak seluruh kabinet yang ada agar tercipta pemerintahan yang bersih sehingga bisa mengatasi krisis.
Ternyata bukan hanya di Indonesia saja yang ada "Reformasi", di negeri lain juga ada seperti Mesir yang menuntut adanya perubahan. Sebenarnya gejolak yang ada di Mesir adalah buntut dari adanya unjuk rasa dari rakyat Tunisia yang berhasil melengserkan presidennya. Jadi ikut-ikutan ya. Ya bisa di bilang begitu, tapi pada kenyataannya rakyat Mesir menginginkan adanya perubahan dan mungkin sudah bosan berada di bawah pimpinan Hosni Mubarak, presiden Mesir sekarang, karena pemerintahannya penuh dengan adanya korupsi, pelanggaran HAM dan juga pengekangan kebebasan pers.
Pemerintah Indonesia sendiripun telah mengeluarkan perintah evakuasi pada seluruh WNI yang ada di Mesir yang kebanyakan adalah seorang mahasiswa. Kemarin sekitar 400 WNI sudah di angkut dan tiba di bandara yang di sambut langsung oleh presiden SBY. Saya mendukung langkah pemerintah ini karena bagaimanapun juga pemerintah harus melindungi setiap warganya di setiap negeri lain terlebih lagi di Mesir, yang sedang mengalami krisis yang semakin memanas. Kabar dari televisi yang saya amati, banyak sekali penjarahan, bahan makanan sulit di dapat, benar-benar menyusahkan ya.
Bukan hanya Indonesia saja yang melakukan evakuasi, negara-negara lain juga melakukan hal yang sama seperti AS, Rusia, China dan Jepang.
Banyak orang di Mesir yang sulit menggunakan ponsel dan akses internet, meskipun sekarang akses internet sudah bisa di buka kembali. Sebenarnya untuk urusan bisnis online hal-hal seperti krisis politik seperti itu tidak berpengaruh besar, tapi yang jadi masalah adalah ketika semua situasi sudah semakin memanas, akses internet terputus maka jadi sulit untuk mengurus bisnis online. Kita berharap semoga krisis Mesir cepat selesai sehingga semuanya bisa berjalan lancar.
“Dengan adanya kerusuhan ataupun ketidaknyamanan di Mesir, tentunya eksportir kita dari sini menahan dulu barang-barang yang akan diekspor. Tapi, ini berdasarkan saling pengertian saja antara importir dan eksportir," ujar Fachri sembari menambahkan antisipasi dari pengusaha bukanlah reaksi resmi dari pemerintah.
Nilai ekspor Indonesia ke Mesir, yang mulai berlangsung sejak tahun 2000, mencapai sekitar 700 juta dolar AS setiap tahunnya. Karena Mesir sebagai negara Timur Tengah tujuan ekspor terbesar ketiga bagi Indonesia, setelah Turki dan Saudi Arabia. Memanasnya suhu politik di Mesir dipastikan akan menurunkan nilai ekspor Indonesia ke Mesir tahun ini, meskipun tak dapat memperkirakan seberapa besar penurunannya.

0 komentar:

Posting Komentar